Melaka : Negri Para Hang dan Pencipta Sejarah




Melaka Hari Pertama


Begitu sampai dari stasiun bus Melaka Sentral aku langsung memesan  transport online menuju pusat kota Melaka yang tepat berada di bantaran sungai Melaka. Kebetulan aku menyewa penginapan yang juga di pinggir sungai cantik itu, jalan kaki sedikit saja sudah sampai kemana-mana tujuan ke semua tempat wisata, sangat touristic.


Melaka hanya 2 jam naik bus dari ibukota Kuala Lumpur, selain murah  kotanya juga cantik dan penuh sejarah. Sebab itulah saya memilih menghabiskan waktu berlibur di sini, untuk berjalan kaki dan juga sembari menulis.

Tepat januari 2025, Melaka mengkampanyekan "world tourism day" dan kebetulan rencana libur sebelum balik ke Indonesia ini juga mendadak karena ada beberapa hal yang harus  diselesaikan.

Esok adalah tahun baru cina, hari raya imlek aku menyebutnya, pantas saja hari ini sangat ramai sekali orang-orang datang berlibur ke kota ini yang dulunya merupakan tempat berlabuhnya Laksamana Ceng Ho ini.

Perut agaknya sudah minta diisi, maka aku pun setelah chek-in hotel dan meletakkan barang, lanjut berjalan kaki, keliling mencari makanan yang ada disekitaran penginapan. Ternyata banyak sekali kafe pinggir sungai yang instagramable, makanan cukup murah dan enak.

Selepas makan maka aku pun meminjam payung dari penginapan, untuk berjaga-jaga apabila hujan, dan benar saja cuaca mendung sedari tadi pun menurunkan air hujan yang syahdu di sore hari pukul 4 itu.

Berjalan terus ke area Jongker walk sambil kehujanan melihat-lihat sekitar, berkeliling, mengambil gambar dan mencari tempat ngopi (halal), ya kota ini merupakan persinggahan berbagai bangsa, dari sejarahnya, kota yang berada tepat di selat Melaka ini, banyak penduduk Tionghoa, Melayu, India, dan bangsa lainnya. Kalau kamu pernah mendengar nama Hang Jebat, Hang Lekir, Hang Lekiu, Hang Kasturi, di sinilah ia bermula.

Akhirnya ngopi(matcha latte) sambil sesekali mengisi daya baterai telepon selular. Aku melihat galeri foto yang ditangkap tadi. Mana yang sesuai untuk status dan story hari ini.

Dan hampir magrib, maka aku beranjak dari kedai kopi tadi, dan balik ke penginapan semula.
Melewati jongker walk yang sedang bersiap-siap untuk pasar malam, mungkin kalau tidak hujan malam ini aku akan kesitu lagi utk melihat-lihat atau membeli sesuatu.







Melaka Hari kedua




Pada kupasan buah jeruk yang ke lima, aku beranjak dari tempat duduk nyaman di teras hotel tempat aku menginap dan berjalan lagi menyusuri jalan sekitar tepi sungai,
dan aku melihat ada sebuah kafe sempit penuh sesak orang-orang menunggu antrian untuk masuk, ada apakah gerangan, adakah sekadar terkenal atau memang kopinya memang enak. Entahlah

aku tak ingin ketinggalan momen, ikut masuk dan menunggu, karena datang sendiri, banyak kursi yang tersedia, aku memesan sarapan dan minuman yang direkomendasikan dari pegawai kafe itu. Yah.. akhirnya duduk menikmati sarapan pagi yang riuh itu. Setelah selesai aku keluar sebentar ternyata kafe itu satu gedung dengan toko cenderamata yang unik, jadi satu keuntungan apabila anda menunggu antrian sebelum dapat kursi, anda akan dimanjakan dengan hasrat berbelanja walau hanya gantungan kunci sebagai oleh-oleh, aku hanya tertarik untuk mengambil gambar, hehe maaf.

Aku akhirnya balik ke hotel sebab seorang kolega di Melaka menelpon ingin berjumpa dan mengajak makan siang bersama, aku langsung mengiyakan saja, maklum undangan makan jangan dilewatkan.

Hampir pukul 1 siang, dia menjemput dan membawaku ke sebuah restoran atau rumah makan khas melayu, yang dari tempatnya saja sangat tradisional, resto itu menawarkan berbagai macam lauk makanan rumahan melayu dengan dulang yang kita isi sendiri lauk apa yang kita inginkan. Dekorasi kain sarung batik dan juga alunan lagu-lagu musik melayu menghibur telinga kami. Suasana kampung sangat terasa.

Dalam pada itu pukul 3 aku dihantar kembali ke hotel dan beristirahat sebentar, bercengkerama dengan teman sekamar dari korea, belajar bahasa dan naik ke tingkat atas untuk menikmati senja pinggir sungai melaka, inilah dinamakan seni tidak melakukan apapun. Ahhh...

Lepas magrib, kawan sekamar yang dari jepang juga mengajakku untuk makan malam bersama, ia ingin berjalan-jalan juga mencari makanan halal. Tak lama kemudian temanku yang orang malaysia pun ingin berjumpa untuk mengobrol dan bercerita, maklum kami sudah lama tak bertemu, sampai tengah malam tak terasa, dan sungai melaka sudah sangat tenang, riak-riak kecil suara air juga angin malam yang berhembus pelan, membuat kami berpisah malam itu dan berpesan "jangan lupa kabari lagi kalau kemari" baik ucapku.

Akhir kata "Pergilah ke tempat yang kau inginkan, carilah teman baru, berbuat baiklah selalu"






Melaka Hari Ketiga




Kepalaku penuh, duduk minum kopi lavender buatan pegawai hotel pagi ini terasa menenangkan.
Selagi menyeruput kopi nikmat itu, ada beberapa "water taxi" yang lewat dengan penumpang yang penuh dan sibuk mengangkat gawai mereka untuk menangkap gambar atau merekam aktivitas sepanjang pinggiran sungai, tak terkecuali saya yang begitu tahu masuk dalam frame mereka dan sedang duduk minum kopi juga sarapan, mengangkat gelas dan menganggukkan kepala kepada mereka sebagai tanda hormat.

Sarapan pagi selesai dan duduk termenung, berkhayal adakah mungkin suatu hari nanti sungai Deli yang membelah Kota Medan akan menjadi tujuan utama pariwisata di Kota Medan khususnya dan dunia pada umumnya? Wallahualam.

Ada beberapa sungai yang alirannya melewati kota-kota besar di dunia dan menjadi atraksi wisata kebanggaan negara tersebut, sebut saja Sungai Nil di Cairo Mesir, Sungai Thames di London Inggris, Sungai Seine di Paris Perancis, dan Sungai Melaka di Melaka Malaysia. Masih banyak sungai lainnya tapi saya bagi contoh yang disebut di atas.

Bagaimana konsep "sungai untuk kehidupan" benar-benar diaplikasikan untuk semua bidang kehidupan disekitar sungai, entah itu dari segi ekonomi, sosial, makhluk hidup, sehingga menciptakan pariwisata berkelanjutan untuk pemerintah setempat.

Tapi itu cita-cita banyak orang mungkin, sebab dalam pelaksanaan menuju tujuan itu pasti banyak sekali proses birokrasi, regulasi dan administrasi pemerintah, dan sekali lagi saya cuma mampu menyumbang ide hahaha seperti kebanyakan orang Indonesia lainnya.

Tak terasa pukul 3 petang saatnya cari tempat estetik untuk kudap sore. Saya berjalan lagi menuju utara badan sungai Melaka, dan ada satu kafe pastry yang cantik sekali, tampak sederhana dari luar, saya masuk dan langsung tahu kafe itu halal, begitu saya membuka pintunya, harum semerbak aroma butter begitu menggoda, kafe ini tak menyediakan kopi, tapi teh dari bunga-bungaan yang unik, aroma bunga dan butter jadi satu, terasa seperti menjilat parfum vanila dan lavender yang nikmat.

Balik lagi ke hotel karena kepanasan di luar, hari ini Melaka sangat terik, langit biru yang cerah, bagus sekali untuk sesiapa yang ingin menangkap gambar di sekitar sungai, saya memilih untuk kembali menulis di kafe bawah hotel, memesan nasi supaya tak kelaparan pada malam hari ketika saya sedang di bus nanti.

Tak sangka beberapa jam sebelum naik bus ini saya menghabiskan waktu di hotel kecil, tapi nyaman ini, pegawai hotel ramah, cekatan, bersih, dan lagi penuh dengan orang asing. Senandung lagu-lagu perayaan imlek bersuara jelas dan lembut, meski saya tak tahu apa artinya, tetapi ini sangat bermakna bagi mereka yang datang maupun pemilik hotel ini, mereka membagikan jeruk kepada tamu sebagai tanda harapan kemakmuran bagi siapa saja. Cukup indah bukan?

Baiklah itu saja cerita jalan daripada saya selama berlibur di negeri Melaka, negerinya para HANG dan para pencari senja di pinggir sungai.

Sampai jumpa lagi di perjalanan berikutnya.




Ini adalah kunjunganku yang ke 5 kalinya ke Melaka, dan tak pernah bosan.
Jadi kapan kamu kemari?

Selamat menikmati.
Melaka : Negri Para Hang dan Pencipta Sejarah Melaka : Negri Para Hang dan Pencipta Sejarah Reviewed by Ceritajalan.com on Maret 03, 2025 Rating: 5

2 komentar:

  1. Seru kali di Melaka ya ncik. Kotanya gak sebesar Kuala lumpur tapi berasa nyaman liatnya.
    Btw encik banyak kali ya kenalan di mana-mana.
    Enaknya makan di resto Melayu nih..

    BalasHapus
  2. Wuah, cantik betul keh Malaka tuh. Bisalah saya jalan sama husband masa depan nanti. Wait, sungguh masakan Melayu sebenarnya masih asing bagi saya.

    BalasHapus

Terimakasih sudah memberi komentar dengan sopan

Diberdayakan oleh Blogger.