Sebagai fans-nya pakcik Andrea dari tahun 2008, tak sudi bila bukunya tak lengkap untuk dikoleksi. Ya kali ini saya hanya ingin review buku karya terakhirnya yaitu Guru Aini yang merupakan prekuel dari Novel sebelumnya yaitu Orang-orang Biasa.
Baiklah langsung saja ya. Dari cover buku tersebut saya merasa aneh, karena ada sepatu butut yang tergantung di celah huruf dari judul bukunya.
Langsung buku itu saya buka dan membaca kata pengantar. Diawal saya pikir ini cerita tentang si Guru yang bernama Aini, ya sesuai dengan judulnya. Lalu masuk bab pertama dan beberapa lembar berikutnya saya langsung terngiang ke masa 15 tahun yang lalu dimana saya juga berada di posisi Aini dan juga pernah di posisi guru Desi (yah walaupun kebetulan nama depan kami sama).
Pengalaman hidup kami sama, hanya saja tidak ada hubungan matematika-nya, dan juga saya tidak pernah sebodoh Aini, soalnya saya juara kelas dari dulu, yang sama hanya nasib cerita sebelum masuk Perguruan tinggi. Saya tahu benar, bagaimana kesusahannya belajar sendiri mengolah soal-soal SPMB hanya dari buku soal-soal yang saya beli di toko buku, dimana kawan lainnya pada sibuk belajar di bimbel, maklum tak ada biaya waktu itu. Tak lama kemudian, untuk mendaftar ujiannya saja pun saya harus berhutang kepada teman baik. Singkat cerita saya ujian dan lolos, waktu itu saya tak perduli masuk di fakultas mana, karna untuk lolos inipun saya membuat nazar berpuasa 3 hari berturut-turut bila saya lolos di USU (ingat ya, nazarnya hanya untuk lolos di USU, tak perduli jurusan apa), drama pengumuman yang hampir sama dengan yang Aini rasakan, benar-benar saya tahu betul bagaimana histeriknya, yah potongan koran yang memuat nama saya lulus di kampus USU itu saya kliping hingga sekarang bahkan. Lalu, babak baru masalah yang dihadapai Aini ketika lulus di Fakultas kedokteran itu harus mendaftar dengan sejumlah uang, sama seperti apa yang saya alami waktu itu, tak ada biaya untuk mendaftar ulang.
Apa yang saya lakukan, adalah bekerja paruh waktu menjadi apa saja yang menghasilkan uang, dalam ranah halal. Setelahnya saya langsung membuat janji dengan bapak, bahwa hanya kali pertama ini saja bapak akan keluar uang untukku, saya bersumpah tak akan mempersulit keinginan berkuliah nanti sampai saya wisuda. Aini yang segenap jiwa raga bersikukuh ingin menjadi dokter karna sang ayah yang sakit-sakitan, kalau saya ingin mengangkat martabat bapak, sebagai anak perempuan pertama dan satu-satunya yang membawa nama bapak dan satu-satunya di keluarga besar yang berkuliah. Selama masa kuliah dulu dimulai dari semester 3 saya mencicipi pengalaman jadi guru, inilah mengapa saya katakan ada persamaan dengan guru Desi, dimana saya juga memegang teguh prinsip Ilmu dan hampir mirip sekali dengan guru Desi dalam mengajar ke murid.
Buku ini menceritakan bagaimana seseorang yang bodoh turunan tak tertolong, bahkan mendengar kata matematika saja membuat perutnya mules. Adalah Aini yang tiba-tiba konstan belajar di akhir menuju tamat SMA hanya karena Ayahnya yang amat dicintainya. Demi satu tujuan cita cita mulia, menjadi dokter, untuk menyembuhkan ayahnya.
Adapun guru Desi sebagai gurunya Aini yang mengajarkan matematika dengan cara unik, karna Aini juga anak yang unik, punya style yang unik serta perangai yang unik pula. Merasa berhasil menjadi guru bila ia mendidik seorang murid menjadi pandai matematika seperti yang diinginkannya.
Maka sebab itu guru Desi dan si murid Aini adalah satu kesatuan, mur dan baut, begitulah kira-kira. Buku yang sedari bab pertama sudah membuat kita tertawa dan senyum ini membuktikan bahwa tak ada yg tak mungkin dengan bersungguh sungguh. Tapi nasib berkata lain bila masih tinggal di negara ini. Apalagi masalah pendidikan, kenapa harus mahal? apakah orang miskin dilarang sekolah?.
Untuk itu kawan, usahlah bertele-tele, cepat baca buku ini dan beli yang asli jangan yang bajakan ya.
Merdeka.
Aku, Aini dan Guru Desi Dalam Novel Guru Aini Karya Andrea Hirata
Reviewed by Ceritajalan.com
on
Mei 21, 2020
Rating:
Karya Andrea Hirata emang bagus-bagus banget ya kak. Tapi aku belum baca novel guru aini ini.
BalasHapusnovel karya andrea hirata emng terkenal sarat makna. cuma ya gitu, gaya bahasa nya sangat amat sulit buatku yg gdk terlalu suka sastra ini keliyengan membacanya. ya gk salah memang ,dgn latarbelakang akademik beliau yakan. tapi great lah tulisannya. selalu suka sama sesuatu yg mengandung banyak makna baik.
BalasHapusisu mahalnya pendidikan blm disorot pemerintah. pdhl gak jelas jg inflasinya berdasarkan apa aja. seolah2 pndidikan adalah bisnis. kyk nya tiap org punya cerita macem2 ya kak mau kuliahpun 😂
BalasHapusTossss kita kak.
BalasHapusPas daftar ulang kampus mamak bilang gini
"Ini adalah emas terakhir yang mama punya, pergilah jual ke Brayan sama kak Ani(sepupu). Habis ini berusahalah sendiri bayar uang kuliah ya nak.."
Lalu tulis surat buat diri sendiri,
Berjanji untuk tamat hanya dalam 3,5 tahun. Lalu akhirnya harus puas ketika molor 2 bulan saja dari target.. hehe
Buku-buku Andrea Hirata rerata temanya tentang kehidupan sehari-hari, jadi terasa seperti pengalaman pribadi
BalasHapusSemoga ke depannya generasi penerus kita, anak² kita, bisa meneladani perjuangan meningkatkan taraf hidup dengan melanjutkan pendidikan ya,, nice review, Manda Oza
BalasHapusKalau sudah ngomongin pendidikan memang tiada habisnya ya, apalagi sistem pendidikan di Indonesia yang menurut awak masih kaku sekali dan terkotak-kotak
BalasHapusAwak baca buku Andrea terakhir tu yg tentang sepak bola.
BalasHapusBis tu gak pernah lagi.