photo by : bocahudik.com |
Masjid raya Al-mashun, sangat ramai pada saat ramadhan bulan yang penuh berkah, tak lain karena masjid penuh sejarah ini membuat program setiap tahun, sebulan penuh buka bersama dengan menu khas bubur pedas melayu yang hanya ada pada saat bulan puasa, siapapun akan berduyun-duyun untuk mencicipi bubur khas ini, karena dimasak oleh pemasak traditional melayu dengan resep turun temurun. Moment yang tak mungkin bisa dirasakan setiap hari kalau berkunjung di masjid ini.
bubur pedas khas Masjid raya |
Setelah seharian berpuasa menahan lapar dan haus, menahan nafsu serta emosi yang menuntut kesabaran, pengunjung masjid berbaris rapih menunggu giliran takjil yang dibagikan, lalu yang paling ditunggu adalah ketika adzan berkumandang, segeralah berbuka untuk membatalkan puasa dan bersegera kaki melangkah masuk kedalam mesjid, tempat terbaik umat muslim untuk bersujud dan memanjatkan doa kepada sang kuasa. Sangat menyejukkan hati.
Setelah menunaikan ibadah sholat magrib, tak lupa berjalan-jalan disekitar masjid, jalan utama depan masjid disulap menjadi bazar yang setiap tahun diadakan yaitu ramadhan fair. Lebih ramai. Bazar yang menjual aneka menu berbuka puasa dan makanan serta barang-barang kebutuhan ramadhan sangat penuh. Bisa menjadi atraksi wisata bagi pengunjung.
Masjid megah yang berdesain arsitektur timur tegah dan eropa ini sangat khas, tatkala memasuki gerbang utamanya kita akan disuguhi penampakan gedung tinggi besar menjulang dengan tembok bercat putih dan aksen hijau disepanjang sisi, kubah berwarna hitam telah menjadi saksi berdirinya bangunan masjid sejak tahun 1906.
Masjid ini merupakan salah satu ikon kota Medan terlepas dari salah satu maskot wisata religi dan salah satu lambang kemahsyuran kesultanan melayu deli, yang berada satu kompleks dengan Istana Maimun.
this article sponsored by Hotel Soechi International Medan |
Moment Ramadhan di Masjid Raya Medan
Reviewed by Ceritajalan.com
on
Mei 08, 2019
Rating:
Cemana rasa bubur pedasnya ci? Endes kata juragan chef?
BalasHapusKe sana pas masih berdua aja kak rajinnya.
BalasHapusPas udah punya anak, repot kali bawa di keramaian kek gitu,
apalagi shalat maghrib harus gercep.
Tapi memang bubur pedas ini selalu mengingatkan bapak kami yang melayu, wkwkwk
Belum pernah buka puasa di ramadhan fair sebelah mesjid raya, dulu sempat hampirrrr.. tapi langsung balik kanan liat ramenya.
BalasHapusRindu kali aku bukber d halaman mesjid makan bubur legendaris ini kak.
BalasHapusYee... Br aja kemarin kami skeluarga bukber di Ramadan Fair, trus lanjut salat di masjid raya. Sambil nunggu suami (gantian salat krn jaga anak"), sy duduk di kursi tempat bukbernya masjid raya. Ah, sayang kali... Banyak burdas n anyang yg disisain di piring. Hikss sedih makanan legend kok mubazir. Kl gak suka gak usah ambil kenapa ya... Huhu.. (maaf curcol jadinya)
BalasHapusNice article, Kak Desy
Dah lama brp kali Ramadhan awak gak ke Ramadhan fair ini..
BalasHapusTerlalu rame...
Trus terakhir ke sana harganya lbh mihil dari biasanya