Serasa tak ada puasnya mengeksplor atraksi wisata di Sumatra Utara ini, ada saja destinasi baru, terlebih kabupaten Langkat, yang kita ketahui bersama banyak sekali objek wisata alam yang ditawarkan dari kabupaten ini. Sebut saja, Bukit Lawang, Tangkahan, Taman Nasional Gunung Leuser, Danau Lau Kawar, Kota Tanjung Pura, dan lain lain, belum lagi aktifitas wisatanya yang beragam, mulai arung jeram, trecking, serta hanya melihat-lihat saja menikmati mother nature.
Saya sendiri sebagai penikmat jalan-jalan, paling nyaman berwisata ya hanya leyeh-leyeh saja, menikmati pemandangan sekitar kalau ke alam terbuka, doing nothing. Untuk itulah ketika saya pertama kali tahu ada tempat wisata Rumah Pohon Habitat, langsung saja saya mengajak suami untuk mencatat tanggal kapan ia bisa pergi bersama.
Rabu, 20 februari 2019, sengaja memilih hari biasa agar diperjalanan tidak terlalu ramai, maklum wisata RPH itu katanya padat pengunjung dihari weekend, rasa penasaran memuncak tatkala saya mengetahui objek tersebut berasal dari kabupaten Langkat, lumayan dekat dari kota Medan.
Tidak pernah kesana sebelumnya membuat diri ini tertantang datang ke lokasi wisata mengendarai motor berdua dengan abang(suami), kami nekat, hanya berbekal google maps sebagai acuan, kami laju.
Pukul 10 pagi kami siap pergi, dari rumah sudah pasang aplikasi maps supaya tidak tersasar dan menghindari macet, ya lalu lintas kota Medan yang tak bisa diprediksi terkadang membuat gemas dan badmood sebelum kami sampai tujuan, yang ada nanti malah kesal. Saya berinisiatif untuk menghindari hal ini dengan mengencangkan mood, mempersiapkan diri untuk selalu riang dengan memainkan playlist di gadget, lagu-lagu asoy dari maliq n d'essential.
Persiapan dari rumah, kami tidak perlu membawa sekoper peralatan rumah tangga, karena berniat untuk tidak menginap alias pulang hari, ya kami cukup membawa uang yang banyak tergantung kemampuan. Berbekal snack dan kopi se-termos, supaya si abang tetap on selama di perjalanan. Memakai pakaian yang nyaman, pakai sepatu, bawa charger handphone, pakai jacket, helm, dan bawa mantel.
Perjalanan dari rumah ke tujuan memakan waktu sekitar 2 jam lebih 10 menit dan kurang lebih berjarak 76km. Dan itu dijalani nonstop tanpa berhenti untuk istirahat (mck) atau isi bensin. Saya tidak boleh manja.
Di perjalanan sungguh menyenangkan, mungkin dikarenakan mood jalan-jalan itu memang positif ya, terlebih akses jalan dari rumah menuju langkat sangat mulus, semua sudah diaspal, melewati desa-desa serta udara segar, karna kami mengikuti arahan google map yang membuat kami tidak terkena macet tapi berputar-putar. Berjalan ke lokasi ini seperti berjumpa 2 musim, summer and spring. Cuaca masih bersahabat, mulai dari rumah sampai kota Binjai dan kecamatan Sei Bingei, sekitar 30 derajat celcius tak lama kemudian kita merasakan angin sepoi-sepoi, udara bersih, dan sejuk, saya merapatkan jaket dan berpelukan.
Pola perkampungan pun berubah, mulai dari yang rapat penduduk, hingga hutan lebat,
kami juga melewati banyak objek wisata terkenal seperti Air Terjun Teroh-teroh, Air Terjun Tongkat, Kolam Abadi Pelaruga, hingga udara berubah dari hangat ke sejuk, itu pertanda kadar oksigen di sekitar sudah semakin rapat, yah hutan hujan tropis di sepanjang perjalanan menemani kami, iya hanya kami, sepi dan mulus.
Masuk perkampungan penduduk tampaklah orang-orang menjual hasil kebun mereka sendiri dipinggir kanan kiri jalan, seperti durian, manggis, air nira dan gula aren. Memasuki Desa Telagah, disitulah saya baru tahu bahwa orang-orang bersuku Karo ada di Langkat, karena selama ini saya ketahui penduduk Langkat itu dominan bersuku Melayu, ternyata saya salah, disinilah, diperjalanan ini saya banyak mengambil pelajaran bahwa, travel it's not about destination but a journey. You know what i mean, serasa bepergian ke Kabanjahe begitulah suasananya, mirip sekali seperti perjalanan dari Medan ke Berastagi, meliuk-liuk dan hutan lebat, sesekali rumah atau perkampungan.
Ketika sedikit lagi sampai ditujuan, eh si map berubah arah, kawan, kami kesasar sekitar 2 km lagi mau sampai, ia mengarahkan kami ke jalan buntu. Inilah yang membuat saya merasa harus menunjukkan kemampuan komunikasi dengan cara bertanya keorang atau penduduk sekitar. Ternyata salah jalan, kami pun memutar dan mendengar arahan dari bapak itu. Alhamdulilah telah sampai di gerbang depan petunjuk arah lokasi wisata, yang kira-kira 1 km lagi menuju lokasi. Jalanan rusak parah. Berbatuan terjal dan licin, katanya lokasi menuju objek bukan dikelola dari pemerintah tapi langsung dari pemilik. Dan pemilik belum maksimal untuk membuat akses menuju lokasi ini mulus. Tapi tak apa mungkin karena objek wisata baru jadi mereka perlu biaya yang tak sedikit pastinya.
gerbang depan petunjuk arah masuk lokasi wisata Rumah pohon habitat. |
Ohya FYI, kami menaiki sepeda motor matic Honda Beat dengan 2 orang bongsor diatasnya, dan dipaksa naik-turun bukit dan jalan terjal dalam jarak 2 km menuju lokasi, bobot yang tak biasa itu alhamdulilah telah kami lewati dengan mulus, tidak ada kendala apapun, karna yang saya takutkan adalah motor ban bocor, aku tidak bisa membayangkannya kawan.
Finally, sampailah kami ke lokasi, dan terbayar sudah punggung yang mau patah ini begitu sampai ditujuan, pemandangan luar biasa epic, meskipun cuaca mendung, saya merasa seolah langit hanya berbatas sejengkal tangan saya, kami persis seperti berada diatas gunung. Tak lama penjaga objek wisata langsung mendatangi kami dengan bertanya menginap atau tidak, kami bilang tidak, dan diberilah tiket karcis masuk seharga 25ribu rupiah, kalau menginap ya lain lagi hitungannya per orang.
Kenapa saya ingin sekali ke objek wisata ini, pertama ulasan atikel blog tentang lokasi ini masih minim, kedua memang sudah lama tak berjalan-jalan, ketiga hanya ingin tahu. Nah rasa penasaran saya ini juga membuat ingin menambah konten postingan medsos saya terlebih foto instagram, hihiii. Setelah bertanya-tanya secara tak kasat mata dengan pengelola, berikut uraian tentang lokasi objek wisata ini.
Rumah Pohon Habitat
Rumah Pohon Habitat, terletak di kabupaten Langkat, dibuka untuk umum tahun 2016, berdiri diatas bukit dengan interior kayu mendominasi, menjual keindahan alam sebagai atraksi utama wisata mereka. Dan juga memfasilitasi orang-orang yang ingin berkemah, treking serta foto instagramable.
Fasilitas, kamar untuk menginap, tenda untuk camping, spot selfie panorama alam, serta kantin dan meja-meja bersantai, mushola dan kamar mandi. Kantin hanya menjual makanan standart pengganjal perut, bukan semi cuisine yang mewah seperti diantaranya popmie dan mie instan serta minuman biasa seperti teh dan kopi.
mushola di paling ujung diatas pohon. syahdu. |
kantinnya naik lagi ke atas. |
dalam kantinnya. |
tenda-tenda yang disewakan apabila ingin menikmati suasana camping. |
Biaya masuk, tiket sepeda motor 25ribu kalau pulang hari kalau menginap dihitung perorang, mobil 50ribu dengan ketentuan yang sama seperti motor. Harga kamar penginapan mulai dari 300-500ribu rupiah.
tiketnya |
Katanya atraksi wisata disini yang paling anyar adalah astrophotography yaitu pemandangan alam dari langit yang cantik disaat malam hari, karena kalau cuaca bagus bintang-bintang indah akan muncul dan dapat difoto secara nyata tanpa edit. Saya gak mencobanya, lah wong jam 4 sore saya sudah arah balik pulang.
Kelebihan : wisata ini cocok untuk kalangan pencinta alam, suka foto serta tidak manja.
Kekurangan : its unfriendly for kids, minimnya warning board disekitar objek yang tinggi dengan tangga-tangga kayu itu membuat saya sedikit jantungan apalagi untuk orangtua yang punya anak-anak hyperaktif.
Pengalaman, syukurlah kami datang sebelum hari hujan, dijam-jam tertentu lokasi ini sering hujan kalau perkiraan saya sekitar jam 3 atau 4 sore, selebihnya bagi yang menginap silahkan menikmati pemandangan alam ciptaan Tuhan yang maha indah itu apalagi saat malam dan cuaca mendukung, bawa kamera yang paten kalau ada, kalau tak ada ya tak mengapa, toh HP kita sudah mumpuni untuk mengabadikan setiap moment disana.
Berikut hasil sebagian jepretan saya dan suami yang bergantian untuk memotret maklum untuk foto berdua kami kurang nyambung hahaha.
foto diambil setelah hujan dari atas kantin. |
suami naik kepapan yang saya takut menaikinya |
begini prosesnya, sungguh ranting pohon itu membuatku ragu. |
fantastic view. |
Oke, itu saja ulasan saya apabila ada yang ingin ditanyakan silahkan ke kolom komen and jangan lupa tonton vlog saya dibawah ini. Terimakasih.
Rumah Pohon Habitat : Wisata Panorama Alam di Langkat, Sumatra Utara
Reviewed by Ceritajalan.com
on
Februari 21, 2019
Rating:
Tidak ada komentar:
Terimakasih sudah memberi komentar dengan sopan