Tadi malam saya bermimpi, mimpi berjumpa teman yang baru sekali bertemu tapi membekas, karna perjumpaan kami adalah moment yang tak terlupakan bagi saya. Yah moment itu bernama Asian games, kami bertemu saat audisi tes volunteer tahap 2 untuk Asian Games (AG18).
Bagaimana mungkin saya lupa dengan event terbesar itu, pasti seumur hidup membekas di kepala saya. Karena teringat teman tadi, otomatis saya teringat kembali akan event tersebut.
Saya hanya ingin jadi orang berguna bagi diri, keluarga, lingkungan, bangsa dan negara. Kesempatan, yaps kesempatan yang tak bisa saya ikuti 2 x ini membuat saya berurai air mata, bagaimana senang dan sedih campur jadi satu. Umur saya sudah berjalan 32 tahun sewaktu pendaftaran, dan syarat umur paling terakhir adalah 35 tahun, belum tentu ajang 4 tahun sekali ini yang ke 19 nanti juga di Indonesia, ya entah kapan saya ikut event ke-volunteer-an dunia lagi, secara kesempatan berumahtangga juga seumur hidup sekali, bukan. Sungguh pelik pilihannya.
Meskipun saya mengundurkan diri karena sesuatu hal yg sangattttt urgent, diri saya bangga sekali lhoo, umur saya yang bersaing dengan para pemuda pemudi lainnya membuat saya semakin semangattttt, sebagai volunteer saya tahu resikonya, harus berkorban waktu, pikiran dan uang, yah uang karna pihak AG tidak menanggung akomodasi selama masa AG kecuali uang transport dan makan.
Saya ingin sekali berkontribusi untuk negara, paling tidak dari hal-hal yang saya sukai, untuk bernostalgia kembali, maka saya putar kembali video di youtube tentang opening ceremony Asian Games yang luar biasa spektakuler itu.
Ikut ajang volunteer ini sebenarnya pengalihan dari rasa sedih dan kehilangan akan kepergian ibu saya, tepat setahun hari ini, untuk membangkitkan kembali semangat hidup saya, dan moment bersejarah paling tidak bagi diri saya seumur hidup. Lalu ikut komunitas blogger dan lain-lain. Menulis diblog sebagai media healing. Maka itu seperti yang pernah saya tulis "2018 adalah tahun pelajaran yang paling berharga dari tahun-tahun sebelumnya".
Ketika saya menonton video itu, saya membayangkan diri saya disitu, di belakang panggung, betapa merindingnya menyiapkan event semegah itu, ketika penyanyi Tulus menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan penonton ikut berkumandang diseluruh stadion GBK, saya juga ikutan nangis. Ahh, tak terasa proses menjadi peserta volunteer yang berasal dari daerah terjauh itu sudah setahun.
Membayangkannya saja saya sulit,, apalagi berada disana.
Apalagi ketua pelaksana AG18 Bapak Eric Thohir mengucapkan kalimat yang mendengungkan semangat kami sewaktu diruangan ujian tes volunteer, "acara ini tidak akan sukses tanpa kalian" ah,, terlalu kamu pak, terlalu.
Ditunjuknya Wisnutama sebagai ketua pelaksana persiapan ceremonial opening dan closing, memang pas sekali, track record beliau tidak sembarangan dan terbukti, acara opening dan closing berlangsung sukses dan spektakuler.
Sekali lagi ini hanya mengingat moment itu bagi saya, karena pribadi saya terlalu naif untuk melupakannya.
Untuk temanku yang baru kenal, dimanapun kau berada, saya berharap bisa berjumpa lagi, agar aku bisa bertanya-tanya mengenai hal Asian Games 2018 yang sampai akhir kau ikuti itu, meskipun kebodohanku yang paing terbodoh lupa menanyakan nomor hp mu. Hufttt!!! Sial.
Flash Back Asian Games 2018
Reviewed by Ceritajalan.com
on
Januari 17, 2019
Rating:
Tidak ada komentar:
Terimakasih sudah memberi komentar dengan sopan