Suasana
remang-remang dan kabut menggelayuti udara malam itu, kami rombongan bergerak
dari hotel ingin menikmati suasana di Brastagi untuk mencicipi kopi lokal,
tersebutlah kedai kopi yang berada di atas bukit Gundaling, dengan eksterior
yang cukup apik berdiri bangunan mirip rumah bekas kolonial belanda, dari sisi
luar nampak cahaya bersinar kuning redup, dan interior kayu yang sangat
mencolok. Saya terkesima dengan satu area tertentu, ternyata kedai kopi ini juga
berfungsi sebagai creative space anak muda Brastagi, mungkin untuk panggung
musik dan kreatifitas lainnya.
Saya
langsung ke dalam dan ambil kursi di muka barista karna ingin menikmati
bagaimana suasana duduk di bar dan melihat langsung bagaimana para barista meracik kopi pesanan saya, dengan suara-suara lagu dari playlist musik di komputer
mereka, dengan gaya musik indie, terdengar samar-samar malam kian larut dengan
campuran asap rokok dan kabut malam, saya tidak merasa sesak, sesekali melihat
keluar dan tak lama saya membuka obrolan dengan bertanya untuk meinta izin
mendokumentasi foto, sambil menunggu kopi saya selesai dihidangkan.
suasana didalam kafe, saya duduk di kursi bartender disudut kanan |
Tak perlu menunggu lama, berbagai jenis menu kopi terhidang, para barista yang terlatih sangat lihai menggerakkan tangan untuk memberikan racikan terbaik kopi mereka, semakin larut kedai ini semakin ramai, tapi sayangnya mereka harus tutup jam 10 malam, sedangkan kami baru datang jam 8 malam, rasanya tak cukup 2 jam untuk menghabiskan waktu di dalam kedai ini, kalaupun hanya sekedar untuk mengobrol bersama kawan-kawan.
cappucinno pesanan saya |
Setelah satu jam berada di kedai ini, tak sadar saya melepaskan jaket, yah, tanda malam itu kian hangat, hangat karna suasana dan tertawa. Kami duduk di meja besar panjang yang cukup untuk 6 orang, saya lagi-lagi tak cukup duduk di depan barista tapi mencoba duduk di kursi yang ada, kesana kemari, sambil melihat apa pesanan kawan-kawan tadi.
Tak terasa waktu berlalu, jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, yah kedai ini tutup di jam itu, sedangkan kami belum puas bercengkrama, tertawa terbahak-bahak hingga membahas yang tak penting, lagi-lagi suasana hangat berhasil mereka suguhkan. Saatnya kami pulang ke mobil rombongan menuju hotel, dan tak lama saya memperhatikan sesuatu benda putih tinggi menjulang berupa tiang yang besar disamping kiri sebuah taman sebelah kedai, dan ternyata itu hanya kanopi untuk mempercantik eksterior foto, mungkin kalau kemari lagi saya harus datang siang atau sore ya?, yah tergantung kebutuhan.
Profil kafe :
Kedai kopi Jabu terletak di jl. perwira, bukit gundaling, Berastagi
Range harga sekitar 20-30ribuan, rasa : pas di lidah.
Suasana : hangat, Wifi : nope.
Kedai Kopi Jabu, Nuansa Rumah Belanda di Bukit Gundaling Berastagi
Reviewed by Ceritajalan.com
on
Oktober 25, 2018
Rating:
Tidak ada komentar:
Terimakasih sudah memberi komentar dengan sopan